Hasan
bin Ali
Hasan bin
Ali bin Abu Thalib (Bahasa arab: حسن بن علي بن أﺑﻲ طالب) (c.
625 – 669) adalah anak dari Ali bin Abu Thalib dan Fatimah
az - Zahra, dan cucu pertama dari Muhammad. Menurut hampir seluruh sekte
Syi'ah, Ia merupakan Imam kedua, sedangkan sekte lainnya menyebut bahwa
Imam kedua adalah saudaranya Husain bin Ali. Walaupun begitu, ia merupakan
salah seorang figur utama baik dalam Sunni dan Syi'ah karena ia
merupakan Ahlul Bait dari Nabi Muhammad SAW. Beliau juga sangat dihormati kaum
Sufi karena menjadi Waliy Mursyid yang ke 2 setelah ayah beliau terutama bagi
tarekat Syadziliyah.
Hasan dilahirkan dua tahun setelah Hijrah ke
Madinah (622 M), orang tuanya adalah Ali,
sepupu Muhammad dan orang kepercayaannya, dan Fatimah, putri
Muhammad. Hasan adalah cucu pertama Muhammad. Menurut tradisi Syi'ah, ia dinamakan
seperti nama kakeknya. Hasan berarti "gagah/handsome" dalam Bahasa Arab.
Keutamaan al-Hasan
bin Ali
Diriwayatkan dari al-Bara’ bin ‘Azib 4& ia
berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. menggendong al-Hasan bin Ali di atas
pundak beliau seraya berkata, “Ya
Allah SWT., aku mencintainya maka cintailah dia.”
Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dari
hadits Syu’bah.1158 Imam Ahmad1159 meriwayatkan dari Abu Hurairah ia
berkata, “Pada suatu hari Rasulullah saw. pergi ke pasar Bani Qainuqa’ dengan
dituntun oleh kedua tanganku. Beliau berkeliling di pasar tersebut. Kemudian
kembali dan duduk di dalam masjid. Beliau berkata, ‘Di mana si Laka’ ? Panggil kemari si Laka’!’ Lalu datanglah
al-Hasan berlari ke arah beliau lalu duduk di pang-kuan beliau. Rasulullah saw.
memasukkan lidah beliau ke dalam mulutnya sembari berkata, “Ya Allah SWT., aku mencintainya maka
cintailah dia dan cintailah orangorang yang mencintainya.” Beliau katakan sebanyak tiga kali.
Abu Hurairah berkata, “Tidaklah aku melihat
al-Hasan melainkan menetes air mataku atau berlinang air mataku atau melainkan
aku menangis.” Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Muslim dan tidak
dikeluarkan oleh keduanya.
Imam Ahmad1160 meriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa ia berkata, “Rasulullah saw. keluar menemui kami bersama al-Hasan dan
al-Husain. Keduaduanya beliau gendong di atas pundak beliau. Sekali-kali beliau
men-cium al-Hasan dan sekali kali mencium al-Husain, hingga beliau sampai di
hadapan kami. Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah saw., engkau
kelihatannya sangat mencintai keduanya.” Rasulullah saw. berkata, “Barangsiapa mencintai keduanya berarti ia
telah mencintaiku danbarang-siapa membuat keduanya marah berarti ia telah
membuatku marah.” Imam Ahmad terpisah seorang diri dalam periwayatan
hadits ini.
Diriwayatkan dalam hadits Ali, Abu Sa’id,
Buraidah1161 dan Hudzaifah bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Al-Hasan dan al-Husain adalah pemimpin para
pemuda penduduk Surga, dan
ayah mereka lebih baik daripada mereka.” Dalam hadits Abdullah bin Syaddad
dari ayahnya disebutkan bahwa suatu ketika Rasulullah saw. mengimami mereka
shalat dalam sebuah shalat di malam hari. Beliau sujud dan memperpanjang sujud.
Setelah salam beliau berkata kepada para makmum: ”Sesungguhnya cucuku ini -yakni al-Hasan- naik ke atas punggungku dan aku tidak ingin mengusirnya hingga ia merasa
puas. ” 1162
Ats-Tsauri1163 meriwayatkan dari Abu Zubair
dari Jabir ia berkata, “Aku menemui Rasulullah saw. sementara beliau membawa
al-Hasan dan al-Husain di atas pundak beliau. Beliau berjalan merangkak sambil
menggen-dong mereka di atas punggung beliau. Aku berkata, “Sebaik-baik unta
adalah unta kalian berdua.” Rasulullah saw. menimpali, “Sebaik-baik anak unta
adalah kalian berdua.”
Sanadnya sesuai dengan syarat Muslim dan belum
dikeluarkan oleh mereka. Imam Ahmad 1164 berkata, Hasyim bin al-Qasim telah
menyampaikan kepada kami dari Jarir dari Abdurrahman bin Abi Auf al-Jursyi dari
Mu’awiyah ia berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. mencium lidahnya.” Atau ia
berkata, “Aku melihat Rasulullah saw. mencium bibirnya.” Yakni al-Hasan bin
Ali . Sesungguhnya
tidak akan terkena siksa lidah atau bibir yang dicium oleh Rasulullah saw. .”
Imam Ahmad terpisah seorang diri dalam periwayatan hadits ini.
Dalam kitab ash-Shahih telah diriwayatkan dari Abu Bakrah, demikian
pula diriwayatkan oleh Ahmad dari Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah saw.
bersabda:
” Sesungguhnya
cucuku ini adalah sayyid, kelak Allah SWT. Akan mendamaikan dua kelompok besar
kaum muslimin melalui dirinya.“ Al-Hasan
turun jabatan dan menyerahkan kepemimpinan kepada Mu’awiyah. Terjadilah apa yang dikatakan oleh Rasulullah
saw. tadi
Penghormatan para Khalifah dan sahabat kepada
Beliau
Abu Bakar ash-Shiddiq memuliakan, menghormati,
mencintai dan setia kepada al-Hasan. Demikian pula Umar bin al-Khaththab. Al-Waqidi 1165 meriwayatkan
dari Musa bin Muhammad bin Ibrahim bin al-Harits at-Taimi dari ayahnya bahwa
ketika Umar mencatat nama-nama sahabat yang berhak mendapat santunan negara,
beliau memasukkan al-Hasan dan al-Husain dalam deretan sahabat yang mengikuti
perang Badar yang mendapat lima ribu dirham sebulan.
Demikian pula Utsman bin Affan memuliakan
al-Hasan dan al-Husain dan mencintai keduanya. Pada hari pengepungan terhadap
Utsman bin Affan al-Hasan bin Ali berada di sisinya dengan pedang terhunus
untuk melindungi1166 Utsman. Akan tetapi Utsman mengkhawatirkan keselamatannya.
Utsman bersumpah menyuruhnya kembali ke rumah agar hati Ali menjadi tenang.
Karena beliau sangat mengkhawatirkan keselamatannya.
Demikian pula Ali sangat memuliakan al-Hasan,
menghormati dan mengagungkannya. Pada suatu hari ia pernah berkata kepada
puteranya itu,1167 “Wahai anakku, maukah engkau berkhutbah? Aku ingin sekali
mendengarkannya.” Al-Hasan menjawab, “Aku malu berkhutbah sementara aku
melihatmu.”
Lalu Ali pergi dan duduk di tempat yang tidak
terlihat oleh al-Hasan. Kemudian al-Hasan bangkit dan berkhutbah di depan
manusia sedangkan Ali mendengarkannya. Ia menyampaikan khutbah yang sangat
indah dan fasih. Setelah selesai Ali berkata, ” (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (keturunan) dari yang lain.”
(Ali Imran: 34).
Abdullah bin Abbas biasanya mengambil
sanggurdi untuk al-Hasan dan al-Husain apabila keduanya hendak menunggang hewan
tunggangan. Beliau menganggap itu sebagai salah satu nikmat Allah SWT.
kepadanya. Apabila keduanya melakukan thawaf di Baitullah al-Haram maka
orang-orang berdesakdesakkan mengerumuni keduanya untuk mengucapkan salam
kepada keduanya, semoga Allah SWT. meridhai keduanya dan membuat keduanya
ridha.
Mu’awiyah juga memuliakan dan menghormati
al-Hasan. la sering mengirim hadiah setiap tahun sebanyak seratus ribu dirham.
Al-Hasan pernah datang mengunjunginya lalu Mu’awiyah memberinya hadiah sebanyak
empat ratus ribu dirham. 1168 Ibnu az-Zubair pernah berkata, 1169 “Demi Allah
SWT., wanita-wanita tidak akan lari dari orang seperti al-Hasan bin Ali.”
Petikan Ucapan,
Sikap dan Kebijakan Beliau
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi dari jalur
al-Hakim dari al-Asham dari Abdullah bin Ahmad
dari ayahnya.1179 Muhammad bin Sa’ad1180 berkata, “Al-Hasan bin Musa
dan Ahmad bin Yunus telah menyampaikan kepada kami, keduanya berkata, Zuhair
bin Mu’awiyah telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Abu Ishaq telah
menceritakan kepada kami dari Amru bin al-Asham ia berkata, Aku ber-tanya
kepada al-Hasan, “Sesungguhnya kaum Syi’ah mengira bahwa Ali akan dibangkitkan
sebelum hari Kiamat?” Beliau menjawab, “Demi Allah SWT. mereka dusta! Mereka
itu bukan pengikut Ahli Bait! Sekiranya kami tahu Ali akan dibangkitkan
tentunya kami tidak akan menikahkan istrinya dan tidak akan membagi-bagikan
harta warisannya.”
Shalih bin Muhammad1181 berkata, “Aku
mendengar ayahku berkata, Sebanyak sembilan puluh ribu pasukan telah berbai’at
kepada al-Hasan, namun beliau meninggalkan jabatan khalifah, beliau berdamai
dengan Mu’awiyah. Tidak setitik darahpun mengalir selama masa pemerintahannya.”
Muhammad bin Sa’ad1182 berkata, “Abu Dawud ath-Thayalisi telah menceritakan kepada
kami, ia berkata, Syu’bah telah menyampaikan kepada kami dari Yazid bin Khumair
ia berkata, Aku mendengar Abdurrahman bin Jubair bin Nufair al-Hadhrami
menyampaikan bahwa ayahnya berkata, Aku bertanya kepada al-Hasan bin Ali,
‘Orang-orang mengatakan bahwa engkau menginginkan khilafah?’ Al-Hasan berkata,
‘Sesungguhnya orang-orang Arab di
bawah kendaliku. Mereka berdamai dengan
orang-orang yang berdamai denganku dan mereka memerangi orang-orang yang aku
perangi. Namun aku lepaskan jabatan itu demi mencari wajah Allah SWT..
Apakah lantas kemudian aku mengutamakan
khilafah daripada kambing hutan penduduk Hijaz?!” Muhammad bin Sa’ad1183
berkata, “Ali bin Muhammad telah menceritakan kepada kami dari Zaid bin Aslam
ia berkata, “Seorang lelaki datang menemui al-Hasan di Madinah sementara
lembaran kertas berada di tangan-nya. Lelaki itu bertanya,”Apa itu?” Beliau
menjawab, “Surat dari Mu’awiyah berisi janji dan ancaman.”
Lelaki itu berkata, “Dahulu engkau menuntut
hal yang serupa darinya.” Beliau menjawab, “Benar, akan tetapi aku khawatir
pada hari Kiamat nanti tujuh puluh ribu orang, atau delapan puluh ribu orang
bisa lebih dan bisa kurang, datang pada hari Kiamat seluruhnya dengan urat
leher mengalirkan darah. Mereka semua menuntut kepada Allah SWT. mengapa darah
mereka ditumpahkan?”
Wafat Beliau
Dan salah satu ketetapan Allah SWT. bagi
dirinya adalah ia mengikhlaskan dirinya berada di sisiNya. Al-Waqidi
berkata,1187 “Ibrahim bin Fadhl telah menyampaikan kepada kami dari Abu Atiq ia
berkata, Aku mendengar Jabir bin Abdillah berkata, ‘Kami datang menjenguk
al-Hasan di hari beliau wafat. Saat itu keributan hampir saja terjadi antara
al-Husain bin Ali dan Marwan bin al-Hakam. Al-Hasan telah mewasiatkan kepada
saudaranya agar dikebumikan bersama Rasulullah saw. Jika dikhawatirkan akan
menimbulkan pertumpahan darah dan keributan hendaklah jenazahnya dikebumikan di
Baqi’ saja.
Akan tetapi Marwan tidak mengizinkan al-Husain
menguburkannya bersama Rasulullah saw. . Pada saat itu Marwan telah dicopot
dari jabatannya. Ia lakukan itu untuk mencari muka kepada Mu’awiyah’.” Jabir
berkata, ‘Aku berbicara kepada al-Husain bin Ali, kukatakan kepadanya, ‘Wahai
Abu Abdillah, bertakwalah kepada Allah SWT., sesungguhnya saudaramu tidak ingin
keributan ini terjadi. Kebumikanlah jenazahnya di perkuburan Baqi’ bersama
ibunya.’ Maka al-Husain pun melakukannya’.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa al-Hasan
mengutus seseorang untuk meminta izin kepada ‘ Aisyah agar jenazahnya
dikebumikan di kamar bersama Rasulullah saw.. ‘Aisyah ra. mengizinkannya.
Ketika al-Hasan wafat, terjadi keributan. Al-Husain mengenakan senjatanya
sementara Bani Umayyah juga menyiapkan senjata mereka. Mereka berkata, “Kami
tidak akan membiarkannya dikebumikan bersama Rasulullah saw.. Apakah ia
dikuburkan di kamar bersama Rasulullah saw. sementara Utsman dikuburkan di
Baqi?”
Ketika dikhawatirkan keributan itu akan
menimbulkan pertumpahan darah Sa’ad bin Abi Waqqash, Abu Hurairah, Jabir dan
Ibnu Umar menyarankan kepada al-Husain agar tidak berperang. Ia pun mengikuti
saran tersebut lalu menguburkan saudaranya di dekat kubur ibunya di Baqi’.”
1188 Sufyan bin Uyainah1189 meriwayatkan dari Salim bin Abi Hafshah dari Abu
Hazim ia berkata, “Aku melihat al-Husain bin Ali menpersilahkan Sa’id bin
al-Ash (Amir Madinah) untuk menshalati jenazah al-Hasan (yakni me-mimpin
shalat jenazah). Beliau berkata, ‘Sekiranya
hal itu bukanlah sunnah nabi niscaya
aku tidak akan mempersilahkannya’.”
Muhammad bin Ishaq1190 berkata, Musawir maula
Bani Sa’ad bin Bakar menyampaikan kepadaku, ia berkata, “Aku melihat Abu
Hurairah berdiri di masjid Rasulullah saw. pada hari wafatnya al-Hasan bin Ali,
beliau meneriakkan dengan suara keras, “Wahai sekalian manusia pada hari ini
telah wafat kekasih Rasulullah saw.,tangisilah
kepergiannya.”
Manusia berkumpul mengantar jenazahnya
sampai-sampai perkuburan Baqi’ penuh sesak dengan para pengantar. Lelaki,
wanita sampai anak-anak menangisi kepergian beliau. Ibnu Ulayyah meriwayatkan
1191 dari Ja’far bin Muhammad dari ayahnya,”Al-Hasan wafat dalam usia tujuh puluh
empat tahun. Demikianlah yang dikatakan oleh sejumlah orang dan itulah yang
benar. Menurut perkataan yang masyhur beliau wafat pada tahun 49 H.Sementara
yang lain mengatakan, Wafat pada tahun 50 H.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar